Jumat, 08 Mei 2009

Walhi: Tragedi Situ Gintung Bukan Bencana Alam

Jumat, 03/04/2009 11:36 WIB
Walhi: Tragedi Situ Gintung Bukan Bencana Alam
Laurencius Simanjuntak - detikNews

Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) keberatan jika tragedi Situ Gintung dikatakan sebagai bencana alam. Hal ini karena banyak ditemukan faktor kelalaian dari beberapa pihak sehingga tanggul danau di Ciputat, Tangerang, Banten itu jebol.

"Ini bukan bencana alam. Saya tidak habis pikir jika ini disebut bencana alam," kata Direktur Walhi Berry Nahdian Furqan.

Hal itu dikatakan Berry dalam diskusi bertajuk 'Belajar dari Tragedi Situ Gintung' di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (3/4/2009). Turut hadir sebagai pembicara Kepala Bidang Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Bancana (BPPT), Sutopo Purwonugroho dan anggota DPD Biem T Benyamin.

Berry menegaskan, dari sekian faktor kelalaian, pemerintah lah yang wajib bertanggungjawab atas tragedi yang menewaskan sedikitnya 100 orang tersebut.

"Menurut step of responsibility, baik pemerintah daerah maupun pusat harus bertanggungjawab karena mereka yang mempunyai regulasi dan kewenangan," ujarnya.

Kepala BPPT Sutopo Purwonugroho menjelaskan pihaknya pernah melakukan penelitian terhadap Situ Gintung pada 5 Desember 2008. Meski objek penelitian tidak dikhususkan pada kekuatan dan konstruksi tanggul, menurut Sutopo, hasil dokumentasi BPPT menunjukkan adanya indikasi erosi (piping) pada struktur pintu pelimpas banjir (spillway) Situ Gintung.

"Dokumentasi tersebut diperoleh dari survei studi potensi air Situ Gintung dan waduk resapan," jelasnya.

Menurut Sutopo, curah hujan tinggi tidak bisa dijadikan penyebab jebolnya tanggul di Kota Tangerang Selatan itu. Pada 1 Februari 2007, saat Jakarta dilanda banjir besar, curah hujan kawasan Situ Gintung mencapai 275-300 mm/hari. Jauh lebih tinggi dari curah hujan saat jebolnya tanggul, 113,2 mm/hari.

"Dengan demikian curah hujan bukan faktor utama," pungkasnya.

(lrn/anw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar